Bapak Pendidikan Ki Hadjar Dewantara mengemukakan bahwa tujuan Pendidikan adalah memanusiakan manusia dengan pendidikan berpusat pada murid. Seorang pendidik berperan sebagai pamong dalam menuntun murid sesuai kodrat alam dan kodrat zamannya sehingga murid dapat mencapai kebahagiaan yang setinggi-tingginya.


Sebagai pendidik harus mampu menanamkan nilai-nilai Budi Pekerti kepada murid yang sesuai konteks sosio-kultural budaya daerah masing-masing di mana anak tumbuh dan berkembang. Dengan kemampuan menemukenali nilai-nilai luhur kearifan budaya daerah asal yang relevan menjadi penguatan karakter murid dalam menuntun individu sekaligus anggota masyarakat. 

Kearifan lokal "Sikarai Siporai"  bagi wilayah luwu utara memiliki sarat akan makna (memiliki nuansa budaya, karakter dan sifat). Arti dari "Sikarai" yaitu peduli, saling menguatkan, saling membantu, kolaboratif serta bahu-membahu membangun kebersamaan. Sedangkan arti "Siporai" yaitu bagaimana mengajak masyarakat saling menyayangi, saling menjaga kedaamaian dan tidak saling membenci satu sama lain.

Ajaran budi pekerti tidak lepas dari Trilogi Pendidikan KHD yaitu : Ing Ngarso Sung Tuladha, Ing Madyo Mangun Karsa, dan Tut Wuri Handayani. 

Dalam menuntun murid perlu memberdayakan sinergitas keluarga, sekolah dan masyarakat. Hal ini sesuai dengan pemikiran Ki Hadjaar Dewantara yaitu Tri Pusat Pendidikan. 

Perlu dipahami, bahwa sekolah bukan satu-satunya lingkungan pendidikan bagi anak. Sehingga penerapan Tripusat pendidikan sangat diperlukan dalam menunjang keberhasilan pendidikan anak-anak. Hal ini perlu disadari secara bersama, agar dapat menjalankan peran dan tanggung jawab sebagai keluarga dan masyarakat dalam menuntun anak-anak sesuai kodratnya dan membentuk karakter anak yang baik.